23.6.09

Syair Terindah

Memancar cahaya surga suci
Kau menyandar tepat bermuka bidadari
Dihatiku terasa kau bertudung awan mutiara
Berhempasan air langit menggerak tali jiwa

Sunyi merindu. Engkau, kita memuncak haru
Kupadu seluruh indah dalam menariku dan kau
Dan kubuat do’a pada kisah usia muda
Diduniaku, kucipta segala hari menjadi kita

Menyanyi dalam malam membuka sunyi
Kusihir sekalian menjadi syair terindahku
Buatmu, kubangun segala semampuku
Dan semua adalah untuk perhitunganmu nanti

November 2005

Sebuah Malam

Tak biasanya aku berbalut sutera
Tapi aku bukannya mengira
Ada cahya meredup tertutupi
Seperti pintumu buatku ,mati

Rayuku melantun diangkasa membelah
Kupayungi belatiku biar tak kabur
Diantara pohonan lalu kayu bakar mentah
Dan harapan kian detik malah hancur

Bosan benar aku bermain kata
Barangkali waktuku usai usia keemasan
Kini telah habis antara harap dan kecemasan
Yang lain ku ucap salam pada cinta.

Mei 2008

Seperti Burung Manyar

Seperti burung – burung manyar
Terdekap menghadap seorang penyair
Merendahnya terhadap cinta

Aku mungkin gila
Bertahta dalam tanpa
Kau tahu wujudku
Aku tak berani ...

September 04

22.6.09

Aku jauh berlalu

Deru air mata jauh berlalu
Memadu senandung di kejauhan
Tidak bersedu
Dan lagi luka tak lagi memuka peran

Berjalan, putus-putus. Menghantam bumi
Menghempas raga di taman bunga
Sarat senyum indah. Sungguh merasai
Sampai tiba di ujung rindu kelam senja

Sayatan dan kerikil segera kusudahi
Meramu madu menjelang kureguk cinta
Satu harap, haru sedu sedan tiba
Dan memeras segala sedu yang habis kumiliki.

September 2005

Kerinduan

Tak ada lemah melepasku kali ini
Untuk menyeka perih hati terluka beribu kali
Cintaku adalah lilin beterbanganmu
Dan sisa benulang remuk bersenandung malu

Makin sempit memecah kegaduhan
Bukan aku lumpuh takan kupersoalkan
Sesal makin menambah ; aku rindu
Kala luka aku mau perhadapkan pada engkau

29 Mei 2008